Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Batam, ............................
Penyusun
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan sebagai alat komunikasi utama dalam
berkomunikasi rakyat Indonesia, khususnya dalam situasi formal. Sebagai media
dalam berkomunikasi, bahasa Indonesia memiliki peran yang cukup dominan seperti
media menyampaikan pesan, konsep, ide, maupun pemikiran.
Misalnya
di lingkup pendidikan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana
berkomunikasi. Persaingan global menuntut seseorang untuk mengembangkan
potensinya agar tidak tertinggal oleh zaman, salah satu cara untuk
mengembangkan diri tersebut adalah melalui jalur pendidikan.
Pendekatan
komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan pembinaan dan pengembangan
kemampuan komunikatif siswa. Jika dalam sudut pandang edukasi, Penerapan
pendekatan komunikatif sepenuhnya dilakukan oleh siswa (student centre)
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
Dengan
demikian siswa akan mampu bercerita, menanggapi masalah, dan mengungkapkan
pendapatnya secara lisan dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami. Didalam
penelitian ini penulis menemukan berbagai masalah dalam pembelajaran bahasa
Indonesia khususnya dalam keterampilan berbicara yaitu, didalam pembelajaran
bahasa Indonesia kurang dapat melatih siswa dalam aspek keterampilan berbicara.
Guru
mengoptimalkan pembelajaran keterampilan berbicara pada kegiatan pembelajaran
agar siswa mendapatkan hasil yang lebih bagus lagi. Penerapan pendekatan
komunikatif meningkatkan keterampilan berbicara siswa, menumbuhkan sikap berani
dan aktif dalam melakukan percakapan melaui telepon.
Dari uraian diatas dapat dismpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif dalam penerapan pendekatan komunikatif dalam
pengajaran keterampilan berbicara dari segi keberanian, keaktifan, kelancaran,
intonasi, keruntutan dalam melakukan percakapan, dan diksi.
Ada
kalanya kefasihan harus lebih dipentingkan daripada ketepatan untuk menjaga
para peserta didik agar tetap terlibat secara bermakna dalam penggunaan bahasa.
Keempat, dalam kelas komunikatif peserta didik pada akhirnya harus menggunakan
bahasa secara produktif dan berterima dalam konteks spontan dan alami.
Kegiatan
yang menekankan kefasihan:
·
Merefleksikan
penggunaan bahasa secara alamiah
·
Memfokuskan
ketercapaian komunikasi
·
Memerlukan
penggunaan bahasa secara bermakna
·
Memerlukan
penggunaan strategi komunikasi
·
Menghasilkan
bahasa yang mungkin tidak terduga
·
Menghubungkan
penggunaan bahasa dengan konteks
Kegiatan yang menekankan ketepatan
·
Merefleksikan
penggunaan bahasa di dalam kelas
·
Memfokuskan
pembentukan contoh-contoh bahasa yang benar
·
Melatihkan
bahasa tanpa konteks
·
Melatihkan
contoh bahasa dalam jumlah sedikit
·
Tidak
memerlukan komunikasi bermakna
·
Pengendalian
pemilihan bahasa
Prinsip-prinsip tersebut direfleksikan dalam kegiatan-kegiatan kelas yang
dikembangkan. Dalam pendekatan komunikatif dibedakan dua jenis kegiatan, yaitu
kegiatan yang menekankan kefasihan (activities focusing on fluency) dan
kegiatan yang menekankan ketepatan (activities focusing on accuracy). Guru
disarankan dapat menggunakan dua jenis kegiatan itu secara seimbang.
Tercapainya suatu misi bahasa, ditentukan oleh makna yang terdapat dalam
bahasa yang disampaikan. Pada dasarnya bahasa bukan hanya bentuk bunyi yang terucap oleh manusia,
melainkan bunyi yang memiliki arti. Bahasa dan penggunaannya mencakup aktifitas
manusia secara keseluruhan, baik yang bersifat interaktif maupun non interaktif
dalam wacana sehari-hari. Dari definisi itu dapat dikatakan bahwa dengan
bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan sesama.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka tujuan dari
berkomunikasi tercapai. Tujuan utama berkomunikasi adalah menyampaikan pesan
dan menjalin hubungan sosial. Proses komunikasi membutuhkan unsur pembicara
atau penyampai pesan dan pendengar atau lawan bicara sebagai penerima pesan,
isi pesan, dan media atau sarana komunikasi. bahasa digunakan dalam
berkomunikasi berupa lambang.
Lambang bunyi yang bermakna berupa satuan bahasa yang berwujud morfem,
kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana (Chaer, 2007:45). Satuan bahasa
tersebut memliki tingkatan makna yang berbeda. Makna yang berkenanaan dengan
morfem dan kata disebut makna leksikal.
Hal ini sudah menjadi amanat konstistusi tentang hakekat dan tujuan
pendidikan nasional yang tertera dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 yang
berbunyi "Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaiana badi, dan keadilan
sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam …”
”Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan umat manusia”(Pasal 28 UUD 1945).
“Setiap warga Negara berhak
mendapat Pendidikan” (Pasal 31 UUD 1945).“Pendidikan bukan hanya merupakan pilar terpenting dalam upaya
mencerdaskan bangsa, tetapi juga merupakan syarat mutlak bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan” (A.Siswanto Hadi, 2007).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan menurut UUNo.20 Tahun
2003 diatas mempunyai tujuan untuk bias mengembangkan potensi, memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia dan keterampilanya yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat,
bangsa dan negara.
Untuk mencapai tujuan-tujuan diatas maka diperlukan proses pembelajaran
yang komunikatif. Artinya antara pengajar dengan siswa terjadi kesepahaman
terhadap apa yang dipelajari, hal ini dapat dicapai dengan penggunaan bahasa
yang mudah dan bias diterima, difahami oleh kedua belah pihak. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dengan keterangan diatas dapat diperoleh pengertian dalam proses
pembelajaran harus interaktif, artinya terjadi proses komunikasi multiarah,
antara pendidik dengan pesertadidik, peserta didik dengan peserta didiklainnya.
Proses pembelajaran yang interaktif ini hanya bias dilakukan apabila bahasa
yang digunakan adalah bahasa yang komunikatif.
Makna yang berkenaan dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna
gramatikal, sedangkan wacana disebut makna pragmatik atau makna konteks.
Kalimat sebagai satuan bahasa memiliki definisi sebagai rentetan kata yang
disusun secara teratur berdasarkan kaidah pembentukan tertentu.Menurut Richards
et.al (dalam Rahardi 2007:71) setiap kata dalam rentetan itu memiliki makna
sendiri-sendiri dan urutan kata-kata itu menentukan jenis-jenis kalimatnya.
Berdasarkan nilai komunikatifnya, kalimat dalam bahasa Indonesia dapat
dibedakan menjadi lima macam, yakni:
(1) kalimat berita (deklaratif),
(2)
kalimat perintah (imperatif),
(3)
kalimat tanya (interogatif),
(4) kalimat seruan (eksklamatif), dan
(5) kalimat penegas (empatik).
Cerpen “Pelajaran
Mengarang” karya Seno Gumira Aji Darma ini pertama kali dimuat di harian
Kompas 5 Januari 1992, dan terpilih sebagai cerpen pilihan Kompas pada tahun
1993. Cerpen Pelajaran Mengarang dipilih sebagai cerpen terbaik karena
menyembunyikan klimaks dalam rentetan kilas balik, dimana seorang perempuan
dipaksa menulis karangan yang mana judul-judul yang diberikan Ibu Gurunya
bersebrangan dengan kehidupan nyatanya. Sehingga anak tersebut tak pernah
menyelesaikan karangannya, karena tidak tahu harus menulis apa, yang ada di kepalanya
hanyalah ada kehidupan kelam, tidak memiliki kehidupan yang indah.
Penelitian
ini menganalisis tentang Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam Bahasa
Indonesia yang terdiri dari kalimat
deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imperatif, kalimat eksklamatif, dan kalimat
empatik dalam cerpen Pelajaran
Mengarang karya Seno
Gumira Ajidarma.
a. Bentuk dan
Nilai Komunikatif dalam Bahasa Indonesia apa saja yang terdapat dalam cerpen Pelajaran
Mengarang karya Seno
Gumira Ajidarma ini?
b. Bagaimana
analisis Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam Bahasa Indonesia dari isi cerpen Pelajaran
Mengarang karya Seno
Gumira Ajidarma ini?
a.
Mengetahui Bentuk dan Nilai Komunikatif
dalam Bahasa Indonesia yang terdapat dalam cerpen Pelajaran Mengarang karya
Seno Gumira Ajidarma.
b.
Mengetahui penganalisisan Bentuk dan
Nilai Komunikatif dalam Bahasa Indonesia dari isi cerpen Pelajaran Mengarang
karya Seno
Gumira Ajidarma.
A. Cerpen
Cerpen atau dapat disebut juga dengan
cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung
singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain
yang lebih panjang, seperti novella dan novel.
Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.
Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.
Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.
Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.
Menurut
Nurgiyantoro (2009:
10) cerpen adalah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira
berkisar antara setengah sampai dua jam-suatu hal yang kiranya tak mungkin
dilakukan untuk sebuah novel.
Menurut Tarigan (1985: 138) menjelaskan bahwa cerpen
adalah suatu cerita yang masalahnya jelas, singkat, padat dan terkomunikasi
pada suatu peristiwa dipusatkan pada tokoh utamanya.
Menurut Pranoto (2007: 13) cerpen adalah cerita ditulis
pendek yang terdiri dari 2000 kata sampai dengan 10.000 kata.
Dari pendapat para ahli di atas tidak terdapat persamaan
dalam mengemukakan pengertian cerpen tetapi terdapat perbedaan arti tentang
cerpen. Dimana menurut
Nurgiyantoro (2009:
10) cerpen dapat di baca sekali duduk , dan kedua pengertian cerpen menurut
Tarigan (1985: 138) lebih mengartikan isi cerpen yang jelas, singkat dan padat
serta terkomunikasi pada suatu peristiwa, dan selanjutnya menurut Pranoto
(2007: 13) lebih mengfokuskan jumlah kata dalam cerpen.
Beberapa pengertian cerpen yang di kemukakan para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa cerpen adalaah suatu cerita singkat yang
memiliki satu insiden (peristiwa) yang ceritanya hanya berpusat pada tokoh
utama dan terdiri dari 2.000 kata sampai dengan 10.000 kata yang dapat selesai dibaca sekali
duduk artinya tidak terlalu panjang ceritanya.
Jadi, kesimpulannya di atas, cerpen adalah sebuah cerita pendek
yang merupakan suatu karangan berupa
cerita rekaan yang menuturkan perbuatan dan pengalaman orang yang
masalahnya jelas, singkat padat dan terkomunikasi sehingga dapat selesai dibaca sekali duduk dan terdiri
dari 2.000 sampai 10.000 kata.
B. Cerpen Pelajaran Mengarang
Cerpen “Pelajaran
Mengarang” karya Seno Gumira Aji Darma ini pertama kali dimuat di harian
Kompas 5 Januari 1992, dan terpilih sebagai cerpen pilihan Kompas pada tahun
1993.
Cerpen Pelajaran Mengarang dipilih sebagai
cerpen terbaik karena menyembunyikan klimaks dalam rentetan kilas balik, dimana
seorang perempuan dipaksa menulis karangan yang mana judul-judul yang diberikan
Ibu Gurunya bersebrangan dengan kehidupan nyatanya.
Sehingga anak tersebut tak pernah
menyelesaikan karangannya, karena tidak tahu harus menulis apa, yang ada di
kepalanya hanyalah ada kehidupan kelam, tidak memiliki kehidupan yang indah.
Kita merasakan ledakan di bagian akhir, ketika kita yakin bahwa anak tersebut
adalah seorang anak Pelacur.
C. Kalimat
1.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), kalimat adalah kesatuan ujar yg mengungkapkan suatu konsep
pikiran dan perasaan; perkataan; satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual atau pun potensial terdiri atas
klausa.
2. Menurut Wikibook, Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan
pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara yang
naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan
intonasi. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital
dan di akhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.
3. Menurut Chaer (2012: 240) kalimat
itu merupakan satuan langsung yang digunakan dalam berbahasa yang berisi pikiran
lengkap.
Pengertian kalimat dari ketiga pendapat di atas
memiliki persamaan maksud. Pendapat yang dikemukakan oleh KBBI mengartikan kalimat adalah
kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Pendapat yang dikemukakan oleh Wikibook mengartikan kalimat sebagai
satuan bahasa terkecil dalam bentuk lisan dan tulisan yang mengungkapkan
pikiran secara utuh.
Pendapat yang dikemukakan oleh Chaer (2012:
240) mengartikan kalimat sebagai
satuan langsung yang digunakan dalam berbahasa yang berisi pikiran lengkap. Jadi, persamaan dari ketiga
pendapat ahli tersebut yaitu suatu satuan yang mengungkapkan pikiran
secara utuh.
Dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bagian
terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan
pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud
lisan,kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela
jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Kalimat adalah gabungan
dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola
intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya
yang akan dijelaskan pada bagian lain.
Contohnya seperti kalimat lengkap,
kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan
lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh kalimat secara
umum :
– Joy Tobing adalah pemenang lomba
Indonesian Idol yang pertama. – Pergi! – Bang Napi dihadiahi timah panas oleh
polisi yang mabok minuman keras itu. – The Samsons sedang konser tunggal di
pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah. Setiap kalimat memiliki unsur
penyusun kalimat.
Kridalaksana berpendapat bahwa
kalimat merupakan satuan gagasan yang relatif berdiri sendiri,
memiliki ciri utama berupa intonasi final dan secara aktual maupun
potensial terdiri dari klausa. Keraf memberi definisi kalimat sebagai satu
bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya
menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Menurut Alwi kalimat
merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dari pengertian-pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil dalam wujud
lisan maupun tulisan yang terangkai untuk mengungkapkan suatu pemikiran yang
utuh seperti gagasan, perasaan maupun pemikiran. Dalam wujud tulisan berhuruf
latin, kalimat dimulai dengan huruf kalipat dan diakhiri dengan titik (.),
tanda tanya (?) maupun tanda seru (!). Kalimat umumnya berupa kelompok kata
yang sekurang-kurangnya mempunyai unsur subjek (S) dan predikat (S).
Dalam wujud lisan kalimat diawali
kesenyapan, diiringi alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi
finaldan diiringi dengan kesenyapan akhir. Kesenyapan digambarkan sebagai ruang
kosong saat memulai maupun mengakhiri kalimat.
D. Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam Bahasa Indonesia
1. Kalimat
Deklaratif
Kalimat
deklaratif dalam bahasa Indonesia mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada
si mitra tutur. Sesuatu yang diberitakan kepada mitra tutur itu, merupakan
pengungkapan suatu peristiwa suatu kejadian.
Menurut Kunjana (2005: 74) Kalimat berita disebut
juga dengan kalimat deklaratif, yang digunakan untuk membuat pernyataan dan
diakhiri dengan tanda baca (.). Kalimat dekleratif dalam bahasa Indonesia mengandung maksud
memberitakan sesuatu kepada si mitra tutur mitra tutur dan merupakan tuturan
langsung serta dapat pula merupakan tuturan tidak langsung.
Berikut
sebagai ilustrasinya:
1. Ibu menyahut, “si Atik akan segera pulang
dari Jepang bulan depan.”
2.
Ibu menyahut dengan mengatakan bahwa si Atik akan segera pulang dari Jepang
bulan depan.”
Informasi indeksial:
Dituturkan
ibu Atik kepada suaminya ketika mereka bersama-sama duduk dengan santai di serambi
rumah sambil membaca koran.
Baik tuturan diatas keduanya mengandung maksud menyatakan
atau memberitahukan sesuatu, dalam hal ini informasi bahwa seseorang yang
bernama atik itu akan segera pulang dari Negara jepang. Dengan demikian, jelas
bahwa kedua kalimat itu merupakan kalimat deklaratif.
Dari segi bentuk,
kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi
bermacam-macam, yakni kalimat deklaratif yang tersusun invers, kalimat
deklaratif yang berdiatesis aktif, dan kalimat deklaratif yang berdiatesis
aktif dan kalimat deklaratif yang berdiatesis pasif.
Kalimat Deklaratif dapat berupa bentuk apa saja, asalkan
isinya merupakan pemberitahuan atau pernyataan. Dalam bentuk tulisan
kalimat deklaratif diakhiri dengan tanda titik, sedangkan dalam bentuk
lisan akhir kalimat ini diucapkan dengan nada turun.
Kalimat Deklaratif yaitu kalimat yang mengandung informasi
tentang suatu hal untuk disampaikan kepada orang kedua agar yang bersangkutan
memakluminya.
Contoh:
1. “Tidur saya setelah itu”
Informasi
Indeksal
Dituturkan
oleh seorang mahasiswa kepada temannya yang juga mahasiswa. Ia menceritakan apa
yag ia lakukan setelah mendapat marah dari ayahnya ketika pulang terlambat.
2.
“Saya
segera menyampaikan berita duka itu kepada keluarganya yang berada di Tagerang”
Informasi
Indeksal
Dituturkan
oleh seorang ibu kepada tetangganya ketika mendengar bahwa saudara dari
tetangga itu ada yang meninggal dunia.
3. “Kemarin siang ada mobil Daihatsu
Charade dihancurkan peserta kampanye di jalan Kyai Mojo.
Informasi
Indeksal
Dituturkan
oleh seorang satpam kepda temannya ketika mereka sedang berbincang-bincang di
gardu satpam di sebuah perguruan tinggi.
Tuturan (1) merupakan kalimat deklaratif dengan susunan
terbalik karena fungsi predikat, yakni tidur
diletakan mendahului fungsi subjek-subjeknya, yakni saya. Susunan kalimat deklaratif yang lazim kita temui berbunyi Saya tidur setelah itu, bukannya Tidur saya setelah itu.
Tuturan (1) di atas
dalam bahasa Indonesia dapat dikatakan berterima dan dapat dikategorikan
sebagai kalimat deklaratif yang bersusunan invers.
Tuturan (2) merupakan
kalimat deklaratif yang berdiatesis aktif. Dikatakan demikian, karena kalimat
itu memiliki subjek gramatikal yang merupakan pelaku, yakni saya.
Tuturan (3) adalah kalimat deklaratif yang berdiatesis pasif
karena subjek kalimat merupakan tujuan dari perbuatan tertentu.
Dengan demikian,
jelas bahwa kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia dapat bermacam-macam
wujudnya.
2. Kalimat
Interogatif
Menurut Kunjana
(2005: 76) Kalimat
interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada si
mitra tutur. Dengan perkataan lain, apabila seorang penutur bermaksud
mengetahui jawaban terhadap suatu hal atau suatu keadaan, penutur akan
bertutur dengan menggunakan kalimat introgatif kepada si mitra tutur.
Di dalam bahasa Indonesia, terdapat paling tidak lima macam
cara itu dapat disebutkan satu persatu sebagai berikut
1. Dengan membaik urutan urutan kalimat
2. Dengan menggunakan kata apa atau apakah
3. Dengan menggunakan kata bukan atau tidak,
4. Dengan mengubah intonasi kalimat
menjadi intonasi tanyak
5. Dengan menggunakan kata-kata tanya
tertentu.
Kalimat deklaratif bahasa Indonesia dapat diubah menjadi
kalimat interogatif dengan menambahkan kata apa
atau apakah.
Seperti
tampak pada contoh tutran berikut:
A. a. “ Anak itu sudah hampir lulus
ASMI”
b. ” Apa anak itu sudah hampir lulus ASMI”
c.
“ Apakah anak itu sudah hampir lulus ASMI”
Informasi
Indeksal
Tuturan-tuturan
ini dituturkan oleh seorang pimpinan perusahaan yang sudah mengenai mahasiswa
ASMI tertentu dan bermaksud akan memperkerjakannya setelah lulus
B. a. “ Tadi malam ada rencana
kerusuhan lagi di daaerah Bener.”
b “ Apa tadi malam ada rencana kerusuhan lagi
di daerah Bener?
c. “Apakah tadi malam ada rencana
kerusuhanlagi di daerah Bener?”
Informasi
Indesal
Dituturkan
oleh seorang penjaga malam kampus yang berlokasi di daerah Bener, Yogyakarta
kepada salah seorang dosen perguruan tinggi tersebut.
Apabila dibandingkan antara tuturan (b) dengan tuturan (c)
pada contoh tuturan (A) dan (B) diatas, tampak bahwa tuturan (c) bernakna lebih
halus dbandingkan dengan tuturan (b).
Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa partikel –kah yang di tambahkan pada kata apa di dalam
kalimat interogatif dapat berfungsi sebagaia pemerhalus tuturan.
Dengan perkataaan
lain, partikel-kah yang di lekatkan pada kata Tanya apa itu dapat di anggap
sebagai salah satu penanda kesantunan. Tuturkan dengan lagu kalimat yang lebih
lembut.
Kalimat
interogatif dibedakan mejadi dua, yaitu:
1. Kalimat
interogatif total
Kalimat interogatif total dimaksudkan
untuk menanyakan keseluruhan informasi yang terdapat dalam pertanyaan. Umumnya,
dalam kalimat introgatif total ity menanyakan kesetujuan atau ketidaksetujuan
mitra tutur.
Dengan perkataan lain. Kalimat
introgatif total menuntut dua kemungkinan tanggapan, yaitu tanggapan mengiyakan
(ya atau sudah) dan tanggapan menidakkan (tidak,
bukan, atau belum).
2. Kalimat
interogatif pasial
Kalimat introgatif parsial adalah
kalimat introgatif yang dimaksudkan untuk menanyakan sebagian informasi yang
terkandung di dalam pernyataan.
Kalimat interogatif jenis ini, lazimnya, mempergunakan kata
tanya yang jenis dan macamnya ditentukan berdasarkan sifat objek yang
dimaksudkan dalam kalimat intergoratif parsial.
Apabila kalimat interogatif parsial itu dimaksudkan untuk
menanyakan orang atau hal yang “diorangkan”, kata Tanya yang digunakan adalah
salah satu dari yang berikut: siapa, dari
siapa, untuk siapa, atau kepada siapa.
Kalimat interogatif pasial yang menanyakaan benda, hewan,
dan tumbuhan dapat menggunakan salah satu dari kata Tanya berikut:apa, dari apa, untuk apa, atau dengan apa,
sedangkan interogatif parsial yang menanyakan tempat dapat menggunakan kata
tanyak dimana, kemana, atau darimana.
Untuk menanyakan waktu digunakan kata tanya bila, bilamana, atau kapan, sedangkan
untuk menanyakan suatu perbuatan digunakan kata tanya mengapa. Berapa digunakan
untuk menanyakan bilangan, sedangkan kenapa
digunakan untuk menanyakan sebab.
Kedua macam kalimat interogatif yang disebutkan di depan
dapat dilihat pada contoh tuturan dibawah ini:
a. “Apakah surat permohonan bantuan ke
negeri Belanda sudah diselesaiakn?”
b. “Siapakah yang menyeleseikan surat
permohonan bantuan ke negeri Benanda?”
Informasi
Indeksal
Kedua
tuturan ini dituturkan oleh seorang pemimpinan kepada sekretarisnya pada saat
mereka bersama-sama bekerja di urang kerja pimpinan.
Tuturan “a” dapat sebagai kaliamat interogatif total karena
tuturan itu tidak mengharapkan jawaban yang hanya menanyakan sebagian dari
kalimat interogatif itu, melainkan menanyakan isi tuturan secara keseluruhan.
Sebaliknya, tuturan
“b” mengharapkan jawaban yang hanya merupakan bagian dari kalimat interogatif.
Oleh karena itu, kalimat interogatif yang demikian disebut dengan kalimat interogatif
parsial.
C. Kalimat Imperatif
Menurut Kunjana (2000: 79) Kalimat imperatif adalah sebuah
kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur
melakukan suatu sebagaimana diinginkan oleh si penutur. Kalimat inperatif
dibedakan menjadi lima macam yaitu kalimat imperatif biasa, kalimat imperatif permintaan,
kalimat imperatif pemberian ijin, kalimat imperatif ajakan, dan kalimat
imperatif suruhan.
Ada beberapa kalimat imperatif, yaitu
kalimat imperatif biasa, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif
pemberian izin, kalimat imperatif ajakan, dan kalimat imperatif suruhan.
a. Kalimat
imperatif biasa
Di dalam bahasa Indonesia kalimat
imperatif biasa, pada umumnya memiliki ciri-ciri seperti berikut:
(1) Berintonasi keras,
(2)
Didukung dengan kata kerja dasar, dan
(3)
Berpartikel –lah.
Kalimat imperatif jenis ini dapat
berupa imperatif halus yang sangat halus sampai dengan imperatif yang sangat
kasar. Kalimat imperatif halus digunakan untuk mengungkapkan perintah secara
halus.
Untuk tujuan tersebut, kata perintah
dapat diubah menjadi bentuk pasif (berawalan di-) atau ditambahkan
partikel –lah. Selain itu, dapat pula ditambahkan kata, seperti tolong,
coba, dan silahkan.
Contoh :
a. Monik, lihat!
Informasi
indeksal
Dituturkan
oleh teman monik pada saat ia ingin menunjukkan buku yang baru saja dibelinya
dari took buku kepada Monik. Keduanya adalah teman satu kos.
b. Usir kucing itu!
Informasi
Indeksal
Dituturkanoleh
seorang ibu yang sedang jengkel dengan kucing peliharaannyayang baru saja
menghabiskan ikan goreng dimeja makan
c. Kita lihat! Pokoknya percaya boleh tidak juga boleh. Ayo…
kita lihat!
Informasi
Indeksal
Dituturkan
oleeh seorang tukang sulap pada saat ia
tampil di tengah-tengah anak-anak di sebuah desa.
b. Kalimat imperatif
permintaan
Kalimat
imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah
dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif
biasa.
Kalimat
imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong,
coba, harap, mohon, dan berbagai ungkapan lain, seperti sudilah kiranya,
dapatkah seandainya, dimintai dengan hormat, dan dimohon dengan
sangat.
Contoh :
1. Minta
ampun, Bu!
2. Mohon jangan
diperpanjang lagi masalah ini!
3. Diharapkan
dengan sangat agar peserta tidak berisik saat upacara berlangsung.
c.
Kalimat imperatif pemberian izin
Kalimat imperatif pemberian izin
dimaksudkan untuk memberikan izin ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan,
biarlah, dan beberapa ungkapan lain yang bermana mempersilahkan,
seperti diperkenankan, dipersilahkan, dan diizinkan.
Contoh :
1. Ka biarlah
saya yang meletakkan buku itu!
2. Bagi peserta yang
bernomor urut 18-20 dipersilahkan masuk!
d. Kalimat imperatif ajakan
Kalimat imperatif ajakan
biasanya digunakan dengan penanda kesantunan ayo, biar, coba, mari, harap,
hendaknya, dan hendaklah.
Contoh :
1.
Tut…
Ayo, naik mobilku saja! Ayo.. ndak apa-apa. Aku lewat sana, kok.
Informasi
Indeksal
Dituturkan
oleh seorang mahasiswa, temannya, yang saat itu sedang berjalan sendirian di
lorong kampus.
Dengan
sedikit malu, mahasiswa itu masuk ke mobil sang mahasiswa yang sebenarnya belum
terlalu berhubungan akrab.
2. Ian… Biar kita nanti tinggal di
rumah saja! Bapak biar pergi sendrian
Informasi
Indeksal
Dituturkan
oleh seorang ibu kepada anaknya yang saat itu ingin mengikuti ayahnya pergi ke
luar kota.
Rencananya
memang sang ayah akan berangkat bersama istrinya, namun karena anaknya
bersi-keras akan ikut ayahnya, ia terpaksa membatalkan kepergiannya.
e. Kalimat
imperatif suruhan
Kalimat imperatif suruhan biasanya
digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah,
mohon, silahkan, dan tolong.
Contoh :
1. Biar kamu
menunggu rumah saja bersama joko, nanti malam! Bapak akan berangkat sendiri saja
Informasi
Indeksal
Dituturkan
oleh seorang ayah kepada anaknya yang saat itu ingin ikut bersamanya.
Karena
keduanya bersikeras ingin ikut, akhirnya sang ayah menyuruh keduanya tinggal di
rumah saja dan tidak ada yang ikut acara malam itu
2. Sul… nanti aka ada tamu yang
menginap disini. Tolong dibersihkan dulu bak mandinya! Airnya sudah kelihatan
agak keruh.
Informasi
Indeksal
Dituturkan
oleh seorang majikan kepada pembantunya, pada saat ia sedang melihat acara
tertentu di televise.
Sang
majikan terpaksa mengatakan itu karena si pembantu lebih sering melihat acara
di televisi dari pada mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah.
3. Mohon sabar, ya! Anterannya panjang.
Yang di belakang jangan mendahului. Sabar… semua harus sabar!
Informasi
Indeksal
Dituturkan
oleh seorang petugas dalam acara pembagian sembako di halaman kantor keluraha.
Tuturan
itu disampaikan karena sudah mulai ada tanda-tanda bahwa beberapa orang yang
antre sudah mulai berebut ingin mendahui.
D.
Kalimat
Eksklamatif
Menurut Kunjana (2000: 85) Kalimat eksklamatif adalah kalimat
yang dimaksudkan untuk menyatakan rasa kagum. Karena kalimat
ekslamatif menggambarkan suatu keadaan yang mengandung kekaguman, biasanya,
kalimat ini disusun dari kalimat deklaratif yang berpredikat adjektiva.
Selain ditandai dengan tanda seru (!)
pada akhir kalimat,, kalimat interjeksi juga ditandai dengan adanya kata alangkah,
betapa, atau bukan main.
Ketentuan-ketentuan berikut dapat
digunakan untuk membentuk tuturan ekslamatif, yaitu:
(1) Susunan kalimat dibuat
inversi,
(2) Partikel –nya melekat
pada predikat yang telah diletakan di depan subjek,
(3) Kata seru alangkah
dan bukan main diletakan di posisi terdepan
Contoh :
1. Luar biasa… sungguh keterlaluan…
alangkah bebasnya pergaulan kedua mahasiswa di tempat kos itu.
Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang warga
perumahaan yang melihat pergaulan bebas di salah satu rumah kos di perumahaan
tersebut.
2. Wah… bukan main sopannya kedua
penjaga makan Ibu Negara yang sebelah utara itu
Informasi
Indeksal
Dituturkan
oleh seorang pengunjung yang sudah berusia lanjut di makam Ibu Negara
Dituturkan
pada saat ia bersama dengan temannnya beranjak meninggalkan kompleks makam.
E.
Kalimat
Empatik
Kalimat empatik adalah kalimat yang di dalamnya terkandung
maksud memberikan penekanan khusus. Dalam bahasa indonesia, penekanan
khusus itu, biasanya dikenakan pada bagian subjek kalimat. Penekanan khusus itu dapat dilakukan dengan cara menambahkan
informasi lebih lanjut tentang subjek itu.
Terdapat dua ketentuan pokok yang dapat
digunakan untuk membentuk kalimat empatik dalam bahasa Indonesia, yaitu:
(1) Menambahkan partikel –lah
pada subjek, dan
(2) Menambahkan kata
sambung yang dibelakang subjek.
Contoh :
Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang warga kepada
polisi yang saat itu bertugas menangani kerusuhaan di desa tertentu.
2.
Para
pengurus Kopma-lah yang pertama kali harus mempetanggung jawabkan ketidak
beresan uang dan barang dagangan itu
Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang seorang
dosen kepada rekannya yang juga seorang dosen pada sebuah kampus.
Tuturan itu muncul karena pada saat
itu sedang ada kasus ketidak beresan keuangan koperasi mahasiswa di kampus.
2.2
Pembahasaan
2.2.1 Analisis Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam bahasa Indonesia dalam Cerpen Pelajaran Mengarang
Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam bahasa Indonesia pada
penelitian ini hanya menggunakan tiga bentuk kalimat yaitu kalimat deklaratif,
kalimat introgatif dan kalimat imperatif. Penelitian ini hanya menggunakan tiga
bentuk kalimat karena untuk kalimat ekslamatif dan kalimat empatik tidak
terdapat didalam cerpen Palajaran Mengarang ini.
Berikut ini
adalah analisis dari ketiga kalimat yang akan digunakan;
Tokoh :
- Sandra
- Ibu Guru Tati
- Marti (Ibu
Sandra)
- Mami
Latar tempat :
-
Kelas
-
Rumah
-
Sekolah
-
Hotel
-
Plaza
-
Ruang depan
-
Tempat tidur
No
|
Kutipan
|
1
|
“...kalian
punya waktu 60 menit”, ujar Ibu Guru Tati (Paragraf 1)
|
2
|
Ibu Guru Tati
menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih. Judul pertama “Keluarga
Kami yang Berbahagia”, judul kedua “Liburan ke Rumah Nenek”, dan
judul ketiga “Ibu”. (Paragraf 1)
|
3
|
“...lewat
belakang, anak jadah, jangan ganggu mama,” ujar sebuah suara dalam
ingatannya, yang ingin selalu dilupakannya. (Paragraf 5)
|
4
|
“Mama
apakah Sandra punya Papa?” (Paragraf 6)
|
5
|
Apakah sandra
harus berterus terang? (Paragraf 6)
|
6
|
“ Anak
siapa itu?” (Paragraf 9)
|
7
|
“Bapaknya?”
(Paragraf
9)
|
8
|
“Anak
kecil kok dibawah kesini, sih?” (Paragraf 10)
|
9
|
“Mama,
mama, kenapa menangis, Mama?” (Paragraf 11)
|
10
|
“Mama
kerja apa, sih?” (Paragraf 13)
|
11
|
“Seperti
Mama?” (Paragraf 15)
|
12
|
“Yang
sudah selesai boleh dikumpulkan,” kata Ibu Guru Tati. (Paragraf 17)
|
13
|
“kertasmu
masih kosong, Sandra?” Ibu Guru Tati tiba-tiba bertanya.(Paragraf 18)
|
14
|
“Waktu
habis, Kumpulkan semua ke depan,” ujar Ibu Guru Tati. (Paragraf 20)
|
15
|
Ibuku seorang
pelacur ... (Paragraf 20)
|
a. Kalimat
Deklaratif
b. Kalimat
Introgatif
No
|
Kutipan
|
1
|
“Mama
apakah Sandra punya Papa?” (Paragraf 6)
|
2
|
Apakah sandra
harus berterus terang? (Paragraf 6)
|
3
|
“ Anak
siapa itu?” (Paragraf 9)
|
4
|
“Bapaknya?”
(Paragraf
9)
|
5
|
“Anak
kecil kok dibawah kesini, sih?” (Paragraf 10)
|
6
|
“Mama,
mama, kenapa menangis, Mama?” (Paragraf 11)
|
7
|
“Mama
kerja apa, sih?” (Paragraf 13)
|
8
|
“Seperti
Mama?” (Paragraf 15)
|
9
|
“kertasmu
masih kosong, Sandra?” (paragraf 18)
|
No
|
Kutipan
|
1
|
“Tentu
saja punya, Anak setan! Tapi, tidak jelas siapa! Dan kalau jelas siapa belum
tentu ia mau jadi Papa kamu! Jelas? Belajarlaah untuk hidup tanpa seorang
Papa! Taik Kucing dengan Papa!” (Paragraf 6)
|
2
|
“ Jangan
Rewel Anak Setan! ...” (Paragraf 8 )
|
3
|
“ Mana aku
tahu! ” (Paragraf 9
)
|
4
|
“Bukan,
Bukan seperti Mama. Jangan seperti Mama.”( Paragraf 15)
|
c.
Kalimat Imperatif
2.2.2 Hasil Analisis Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam bahasa Indonesia dalam Cerpen Pelajaran Mengarang
a.
Kalimat deklaratif
v Kalimat deklaratif (1) merupakan
kalimat langsung karena Ibu Guru Tati yang mengucapkan sendiri. Dituturkan oleh
Ibu Guru Tati kepada siswanya bahwa waktu mengarang hanya 60 menit.
v Kalimat deklaratif (2) menjelaskan
bahwa Penutur (Ibu Guru Tati) menawarkan kepada siswanya tiga judul untuk
mengarang.
v Kalimat deklaratif (3) merupakan
kalimat langsung karena menjelaskan bahwa Penutur (Ibu Guru Tati) menawarkan
kepada siswanya tiga judul untuk mengarang.
v Kalimat deklaratif (4) dituturkan oleh
seseorang anak kepada ibunya karena si anak penasaran apakah ia memiliki
seorang ayah atau tidak.
v Kalimat deklaratif (5) Dituturkan oleh
seorang anak (Sandra) kepada dirinya sendiri, ia bingung apakah harus bercerita
yang sebenarnya dalam karangannya atau tidak.
v Kalimat deklaratif (6) Dituturkan oleh
dua orang yang bercakap-cakap tentang seorang anak (Sandra) yang bersamanya dan
seorang perempuan bertanya anak siapa Sandra itu.
v Kalimat deklaratif (7) masih percakapan
yang sama dengan sebelumnya (6) seorang perempuan bertanya siapa ayahnya
Sandra.
v Kalimat deklaratif (8) Dituturkan oleh
seorang perempuan yang heran karena seorang anak kecil masuk ketempat orang
dewasa.
v Kalimat deklaratif (9) Dituturkan oleh
seorang anak karena ia terbangun dan melihat mamanya menangis. Dan wanita itu
hanya diam sambil memeluk anaknya (Sandra)
v Kalimat deklaratif (10) Dituturkan oleh
seorang anak (Sandra) yang penasaran dengan pekerjaan ibunya karena ibunya
pulang merangka-rangkak karena mabuk dan muntah-muntah dan itu sudah biasa
terjadi serta pertanyaan yang si anak tuturkan juga sudah kesekian kalinya.
v Kalimat deklaratif (11) Dituturkan oleh
seorang anak (Sandra) ketika mamanya meminta kepadanya untuk menjadi wanita
baik-baik dan tidak seperti mamanya.
v Kalimat deklaratif (12) Dituturkan oleh
seorang guru (Ibu Guru Tati) yang mengatakan jika tugas mengarang sudah selesai
bisa dikumpulkan.
v Kalimat deklaratif (13) Dituturkan oleh
seorang guru (Ibu Guru Tati) karena dia bingung siswanya (Sandra) belum menulis
apapun dan kertasnya masih kosong. Sandra tidak menjawab tetapi langsung
menulis judul “Ibu”
v Kalimat deklaratif (14) Dituturkan oleh
seorang guru (Ibu Guru Tati) kepada siswanya karena waktu mengarang sudah
selesai dan mereka harus mengumpulkan tugas mereka.
v Kalimat deklaratif (15) Ditulis oleh
seorang anak (Sandra) karena ia tidak tau apa yang harus ia tulis jadi ia
menuliskan sebuah kenyataan pahit di kertas itu tanpa kata-kata yang lain.
b. Kalimat
Introgatif
- Kalimat introgatif
(1) dituturkan oleh seseorang anak (Sandra) kepada ibunya (Marti) karena si
anak penasaran apakah ia memiliki seorang ayah atau tidak.
Termasuk ke dalam kalimat
introgatif total karena dari kutipan “Mama apakah Sandra punya Papa?” di
jawab dengan “Tentu saja punya, Anak Setan!...” yang berarti
mengiyakan.
- Kalimat
introgatif (2) dituturkan oleh Sandra kepada dirinya sendiri karena ia
kebingungan mengerjakan karangannya.
Termasuk ke dalam kalimat introgatif
total karena dari kutipan “Apakah sandra harus berterus terang?” di
jawab dengan “Tidak, ia harus mengarang..” di kutipan tersebut si
Sandra berbicara kepada dirinya sendiri (dalam hati).
- Kalimat introgatif (3) Dituturkan oleh
dua orang yang bercakap-cakap tentang seorang anak (Sandra) yang bersamanya dan
seorang perempuan bertanya anak siapa Sandra itu.
Termasuk kalimat introgatif pasial
karena menanggapinya bukan dengan kata ya atau tidak. Dan dari kutipan “Anak
siapa itu?” di jawab dengan “Marti”.
- Kalimat
introgatif (4) masih percakapan yang sama dengan
sebelumnya (3) seorang perempuan bertanya siapa ayahnya
Sandra.
Termasuk kalimat introgatif pasial
karena menanggapinya bukan dengan kata ya atau tidak. Dan dari kutipan “Bapaknya?”
di jawab dengan “Mana ku tahu!”.
- Kalimat introgatif (5) Dituturkan oleh
seorang perempuan yang heran karena seorang anak kecil masuk ketempat orang
dewasa.
- Kalimat introgatif (6) Dituturkan oleh
seorang anak karena ia terbangun dan melihat mamanya menangis. Dan wanita itu
hanya diam sambil memeluk anaknya (Sandra)
-
Kalimat introgatif (7) Dituturkan oleh seorang anak
(Sandra) yang penasaran dengan pekerjaan ibunya karena ibunya pulang
merangka-rangkak karena mabuk dan muntah-muntah dan itu sudah biasa terjadi
serta pertanyaan yang si anak tuturkan juga sudah kesekian kalinya.
- Kalimat
introgatif (8) Dituturkan oleh seorang anak (Sandra) ketika mamanya meminta
kepadanya untuk menjadi wanita baik-baik dan tidak seperti mamanya.
Termasuk
ke dalam kalimat introgatif total karena dari kutipan “Seperti Mama?” di
jawab dengan “Bukan, bukan seperti mama. Jangan seperti Mama.”
yang berarti menidakkan.
- Kalimat
introgatif (9) Dituturkan oleh seorang guru (Ibu Guru Tati) karena dia bingung
siswanya (Sandra) belum menulis apapun dan kertasnya masih kosong.
c.
Kalimat imperatif
- Kalimat imperatif (1)
dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya yang baru saja bertanya kepadanya
siapa ayahnya dan apakah iya punya ayah.
Termasuk
kalimat imperatif biasa dan permohonan karena terdapat partikel –lah dan
seperti menyuruh anaknnya untuk dapat hidup tanpa seorang papa.
- Kalimat
imperatif (2) dituturkan oleh seorang mami kepada anak temannya dan si anak itu
akan di ajak ke tempatnya bekerja.
Termasuk kalimat imperatif yang kasar karena menggunakan
kata “Anak Setan”.
- Kalimat
imperatif (3) dituturkan oleh seorang mami yang sama pada kutipan sebelumnya
(2) bahwa dia tidak tau siapa ayah dari anak yang dibawanya.
- Kalimat
imperatif (4) dituturkan oleh seorang ibu yang meminta anaknya untuk tidak
sepertinya karena ibunya bukan lah wanita yang baik-baik (wanita penghibur)
dan berharap anaknya menjadi wanita yang baik-baik.
Termasuk
kalimat imperatif permintaan karena terdapat kata “Jangan seperti Mama”.
Maksudnya sang ibu meminta anaknya menjadi anak yang baik
Berdasarkan
penelitan yang telah dilakukan kalimat dekralatif, kalimat interogatif dan
kalimat imperatif ditemukan dalam cerpen Pelajaran
Mengarang. Cerpen
Pelajaran Mengarang dipilih sebagai cerpen terbaik karena menyembunyikan
klimaks dalam rentetan kilas balik, dimana seorang perempuan dipaksa menulis
karangan yang mana judul-judul yang diberikan Ibu Gurunya bersebrangan dengan
kehidupan nyatanya.
Sehingga anak
tersebut tak pernah menyelesaikan karangannya, karena tidak tahu harus menulis
apa, yang ada di kepalanya hanyalah ada kehidupan kelam, tidak memiliki
kehidupan yang indah. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari cerpen Pelajaran
Mengarang diperoleh lima belas kalimat deklaratif, sembilan kalimat
interogatif dan empat kalimat imperatif.
Dari
pembuatan makalah analisis ini, disarankan khusus kepada mahasiswa/mahasiswi
jurusan bahasa dan sastra untuk lebih banyak melakukan penelitian menggunakan
kajian bentuk dan nilai komunikatif dalam bahasa indonesia untuk memperkaya pengetahuan
mengenai kalimat deklaratif, introgatif, imperatif, ekslamatif dan
empatik.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
DEPDIKNAS. 2008. Kamus
Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada _____University
Pranoto, Naning. 2007. Creative Writing—Jurus Menulis
Cerita Pendek. Jakarta: _____Rayakultura.
Rahardi, Kunjana . 2010 . Pragmatik: Kesantunan Imperatif
Bahasa Indonesia. _____Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Pragmatik.
Bandung: Angkasa.
Sinopsis Cerpen Pelajaran
Mengarang
Dalam cerpen Pelajaran Mengarang
ini, karya Seno Gumira Ajidarma menceritakan tentang seorang anak perempuan
bernama Sandra berusia 10 tahun yang duduk di bangku kelas lima SD. Sandra
sangat membenci pelajaran mengarang yang diajarkan oleh Ibu Guru Tati. Ibu Guru
Tati memberikan 3 pilihan Judul kepada 40 anak muridnya, Sandra merasa
teman-temanya tidak memiliki kendala apa pun dalam mengarang tetapi tidak bagi
dirinya, Sandra merasa dia harus benar-benar mengarang karena dalam
kenyataannya dia memang tidak mengalami kejadian yang sesuai dengan ke tiga
Judul tersebut.
Sandra pun mulai memikirkan apa yang
ada di benaknya tentang ketiga judul tersebut dimulai dari Keluarga yang
Berbahagia, dia merasa keluarga yang bahagia ini tidak ada di dalam
keluarganya dia hanya hidup dengan Mamanya tidak ada Papa di dalam kehidupnnya,
Sandra pernah menanyakan hal itu terhadap Mamanya tetapi yang didapat hanyalah
bentakan dan cacian dari Mamanya. Sandra pun mulai berpikir lagi mengenai Liburan
ke Rumah Nenek dan yang masuk kedalam gambaranya hanyalah seorang wanita
yang wajahnya penuh kerut yang selalu menghias dirinya dengan sapuan wajah yang
sangat tebal, orang-orang memanggilnya dengan sebuta Mami, seorang yang
berprilaku kasar terhadap Sandra yang sering mengajak Sandra ke tempat yang
Sandra tak mengerti.
Sandra pun mulai berpikir tentang
Ibu, seorang wanita cantik yang selalu merokok dan mabuk-mabukan yang
selalu membentak dan memarahi Sandra tetapi sebenarnya Mama Sandra ini memiliki
rasa penyayang terhadap Sandra dan memiliki prilaku yang manis, tetapi tak
selalu Mamanya itu berprilaku manis terhadap Sandra, Sandra sering melihatnya
bertingkah laku lain.
Waktu mengarang pun telah habis, Kertas
yang tadi hanya dipandangi oleh Sandra yang masih putih tidak terkena noda,
sekarang sudah Sandra tuliskan sepotong kalimat yang berisi :
Ibuku Seorang
Pelacur...
![](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
![](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar