Rabu, 26 Juli 2017

bentuk dan nilai komunikatif dalam bahasa indonesia pada cerpen pelajaran mengarang




Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




                                                                                      
Batam, ............................



                                                                                                  Penyusun











Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan sebagai alat komunikasi utama dalam berkomunikasi rakyat Indonesia, khususnya dalam situasi formal. Sebagai media dalam berkomunikasi, bahasa Indonesia memiliki peran yang cukup dominan seperti media menyampaikan pesan, konsep, ide, maupun pemikiran.
Misalnya di lingkup pendidikan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana berkomunikasi. Persaingan global menuntut seseorang untuk mengembangkan potensinya agar tidak tertinggal oleh zaman, salah satu cara untuk mengembangkan diri tersebut adalah melalui jalur pendidikan.
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan pembinaan dan pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Jika dalam sudut pandang edukasi, Penerapan pendekatan komunikatif sepenuhnya dilakukan oleh siswa (student centre) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
Dengan demikian siswa akan mampu bercerita, menanggapi masalah, dan mengungkapkan pendapatnya secara lisan dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami. Didalam penelitian ini penulis menemukan berbagai masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan berbicara yaitu, didalam pembelajaran bahasa Indonesia kurang dapat melatih siswa dalam aspek keterampilan berbicara.
Guru mengoptimalkan pembelajaran keterampilan berbicara pada kegiatan pembelajaran agar siswa mendapatkan hasil yang lebih bagus lagi. Penerapan pendekatan komunikatif meningkatkan keterampilan berbicara siswa, menumbuhkan sikap berani dan aktif dalam melakukan percakapan melaui telepon.
 Dari uraian diatas dapat dismpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dalam penerapan pendekatan komunikatif dalam pengajaran keterampilan berbicara dari segi keberanian, keaktifan, kelancaran, intonasi, keruntutan dalam melakukan percakapan, dan diksi.
Ada kalanya kefasihan harus lebih dipentingkan daripada ketepatan untuk menjaga para peserta didik agar tetap terlibat secara bermakna dalam penggunaan bahasa. Keempat, dalam kelas komunikatif peserta didik pada akhirnya harus menggunakan bahasa secara produktif dan berterima dalam konteks spontan dan alami.
Kegiatan yang menekankan kefasihan:
·         Merefleksikan penggunaan bahasa secara alamiah
·         Memfokuskan ketercapaian komunikasi
·         Memerlukan penggunaan bahasa secara bermakna
·         Memerlukan penggunaan strategi komunikasi
·         Menghasilkan bahasa yang mungkin tidak terduga
·         Menghubungkan penggunaan bahasa dengan konteks

Kegiatan yang menekankan ketepatan
·         Merefleksikan penggunaan bahasa di dalam kelas
·         Memfokuskan pembentukan contoh-contoh bahasa yang benar
·         Melatihkan bahasa tanpa konteks
·         Melatihkan contoh bahasa dalam jumlah sedikit
·         Tidak memerlukan komunikasi bermakna
·         Pengendalian pemilihan bahasa
Prinsip-prinsip tersebut direfleksikan dalam kegiatan-kegiatan kelas yang dikembangkan. Dalam pendekatan komunikatif dibedakan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan yang menekankan kefasihan (activities focusing on fluency) dan kegiatan yang menekankan ketepatan (activities focusing on accuracy). Guru disarankan dapat menggunakan dua jenis kegiatan itu secara seimbang.
Tercapainya suatu misi bahasa, ditentukan oleh makna yang terdapat dalam bahasa yang disampaikan. Pada dasarnya bahasa bukan hanya  bentuk bunyi yang terucap oleh manusia, melainkan bunyi yang memiliki arti. Bahasa dan penggunaannya mencakup aktifitas manusia secara keseluruhan, baik yang bersifat interaktif maupun non interaktif dalam wacana sehari-hari. Dari definisi itu dapat dikatakan bahwa dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan sesama.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka tujuan dari berkomunikasi tercapai. Tujuan utama berkomunikasi adalah menyampaikan pesan dan menjalin hubungan sosial. Proses komunikasi membutuhkan unsur pembicara atau penyampai pesan dan pendengar atau lawan bicara sebagai penerima pesan, isi pesan, dan media atau sarana komunikasi. bahasa digunakan dalam berkomunikasi berupa lambang.
Lambang bunyi yang bermakna berupa satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana (Chaer, 2007:45). Satuan bahasa tersebut memliki tingkatan makna yang berbeda. Makna yang berkenanaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal.
Hal ini sudah menjadi amanat konstistusi tentang hakekat dan tujuan pendidikan nasional yang tertera dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 yang berbunyi "Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaiana badi, dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam …”
”Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia”(Pasal 28 UUD 1945).
Setiap warga Negara berhak mendapat Pendidikan” (Pasal 31 UUD 1945).“Pendidikan bukan hanya merupakan pilar terpenting dalam upaya mencerdaskan bangsa, tetapi juga merupakan syarat mutlak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan” (A.Siswanto Hadi, 2007).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan menurut UUNo.20 Tahun 2003 diatas mempunyai tujuan untuk bias mengembangkan potensi, memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilanya yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk mencapai tujuan-tujuan diatas maka diperlukan proses pembelajaran yang komunikatif. Artinya antara pengajar dengan siswa terjadi kesepahaman terhadap apa yang dipelajari, hal ini dapat dicapai dengan penggunaan bahasa yang mudah dan bias diterima, difahami oleh kedua belah pihak. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dengan keterangan diatas dapat diperoleh pengertian dalam proses pembelajaran harus interaktif, artinya terjadi proses komunikasi multiarah, antara pendidik dengan pesertadidik, peserta didik dengan peserta didiklainnya. Proses pembelajaran yang interaktif ini hanya bias dilakukan apabila bahasa yang digunakan adalah bahasa yang komunikatif.
Makna yang berkenaan dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal, sedangkan wacana disebut makna pragmatik atau makna konteks. Kalimat sebagai satuan bahasa memiliki definisi sebagai rentetan kata yang disusun secara teratur berdasarkan kaidah pembentukan tertentu.Menurut Richards et.al (dalam Rahardi 2007:71) setiap kata dalam rentetan itu memiliki makna sendiri-sendiri dan urutan kata-kata itu menentukan jenis-jenis kalimatnya.
Berdasarkan nilai komunikatifnya, kalimat dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni:
(1) kalimat berita (deklaratif),
(2) kalimat perintah (imperatif),
(3) kalimat tanya (interogatif),
(4) kalimat seruan (eksklamatif), dan
(5) kalimat penegas (empatik).

Cerpen “Pelajaran Mengarang” karya Seno Gumira Aji Darma ini pertama kali dimuat di harian Kompas 5 Januari 1992, dan terpilih sebagai cerpen pilihan Kompas pada tahun 1993. Cerpen Pelajaran Mengarang dipilih sebagai cerpen terbaik karena menyembunyikan klimaks dalam rentetan kilas balik, dimana seorang perempuan dipaksa menulis karangan yang mana judul-judul yang diberikan Ibu Gurunya bersebrangan dengan kehidupan nyatanya. Sehingga anak tersebut tak pernah menyelesaikan karangannya, karena tidak tahu harus menulis apa, yang ada di kepalanya hanyalah ada kehidupan kelam, tidak memiliki kehidupan yang indah.
Penelitian ini menganalisis tentang Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam Bahasa Indonesia yang terdiri dari kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imperatif, kalimat eksklamatif, dan kalimat empatik dalam cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma.

a.       Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam Bahasa Indonesia apa saja yang terdapat dalam cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma ini?
b.      Bagaimana analisis Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam Bahasa Indonesia dari isi cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma ini?

a.       Mengetahui Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam Bahasa Indonesia yang terdapat dalam cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma.
b.      Mengetahui penganalisisan Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam Bahasa Indonesia dari isi cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma.






A.  Cerpen

        Cerpen atau dapat disebut juga dengan cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel.
         Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.
          Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.
Menurut Nurgiyantoro (2009: 10) cerpen adalah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam-suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel.
Menurut Tarigan (1985: 138) menjelaskan bahwa cerpen adalah suatu cerita yang masalahnya jelas, singkat, padat dan terkomunikasi pada suatu peristiwa dipusatkan pada tokoh utamanya.
Menurut Pranoto (2007: 13) cerpen adalah cerita ditulis pendek yang terdiri dari 2000 kata sampai dengan 10.000 kata.


Dari pendapat para ahli di atas tidak terdapat persamaan dalam mengemukakan pengertian cerpen tetapi terdapat perbedaan arti tentang cerpen. Dimana menurut Nurgiyantoro (2009: 10) cerpen dapat di baca sekali duduk , dan kedua pengertian cerpen menurut Tarigan (1985: 138) lebih mengartikan isi cerpen yang jelas, singkat dan padat serta terkomunikasi  pada suatu peristiwa, dan selanjutnya menurut Pranoto (2007: 13) lebih mengfokuskan jumlah kata dalam cerpen.
Beberapa pengertian cerpen yang di kemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa cerpen adalaah suatu cerita singkat yang memiliki satu insiden (peristiwa) yang ceritanya hanya berpusat pada tokoh utama dan terdiri dari 2.000 kata sampai dengan 10.000 kata yang dapat selesai dibaca sekali duduk artinya tidak terlalu panjang ceritanya.
Jadi, kesimpulannya di atas, cerpen adalah sebuah cerita pendek yang merupakan suatu karangan berupa cerita rekaan yang menuturkan perbuatan dan pengalaman orang yang masalahnya jelas, singkat padat dan terkomunikasi sehingga dapat selesai dibaca sekali duduk dan terdiri dari 2.000 sampai 10.000 kata.

B.  Cerpen Pelajaran Mengarang

Cerpen “Pelajaran Mengarang” karya Seno Gumira Aji Darma ini pertama kali dimuat di harian Kompas 5 Januari 1992, dan terpilih sebagai cerpen pilihan Kompas pada tahun 1993.
 Cerpen Pelajaran Mengarang dipilih sebagai cerpen terbaik karena menyembunyikan klimaks dalam rentetan kilas balik, dimana seorang perempuan dipaksa menulis karangan yang mana judul-judul yang diberikan Ibu Gurunya bersebrangan dengan kehidupan nyatanya.
 Sehingga anak tersebut tak pernah menyelesaikan karangannya, karena tidak tahu harus menulis apa, yang ada di kepalanya hanyalah ada kehidupan kelam, tidak memiliki kehidupan yang indah. Kita merasakan ledakan di bagian akhir, ketika kita yakin bahwa anak tersebut adalah seorang anak Pelacur.

C.  Kalimat

1.  Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kalimat adalah kesatuan ujar yg mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan; perkataan; satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual atau pun potensial terdiri atas klausa.
2. Menurut Wikibook, Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.
3. Menurut Chaer (2012: 240) kalimat itu merupakan satuan langsung yang digunakan dalam berbahasa yang berisi pikiran lengkap.
        Pengertian kalimat dari ketiga pendapat di atas memiliki persamaan maksud. Pendapat yang dikemukakan oleh KBBI  mengartikan kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Pendapat yang dikemukakan oleh Wikibook mengartikan kalimat sebagai satuan bahasa terkecil dalam bentuk lisan dan tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh.
            Pendapat yang dikemukakan oleh Chaer (2012: 240) mengartikan kalimat sebagai satuan langsung yang digunakan dalam berbahasa yang berisi pikiran lengkap. Jadi, persamaan dari ketiga pendapat ahli tersebut yaitu suatu satuan yang mengungkapkan pikiran secara utuh.
            Dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan,kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
            Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain.

Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum :
– Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama. – Pergi! – Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu. – The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah. Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat.
Kridalaksana berpendapat bahwa kalimat merupakan satuan gagasan yang relatif berdiri sendiri, memiliki ciri utama berupa intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Keraf memberi definisi kalimat sebagai satu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Menurut Alwi kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang terangkai untuk mengungkapkan suatu pemikiran yang utuh seperti gagasan, perasaan maupun pemikiran. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kalipat dan diakhiri dengan titik (.), tanda tanya (?) maupun tanda seru (!). Kalimat umumnya berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya mempunyai unsur subjek (S) dan predikat (S).
Dalam wujud lisan kalimat diawali kesenyapan, diiringi alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi finaldan diiringi dengan kesenyapan akhir. Kesenyapan digambarkan sebagai ruang kosong saat memulai maupun mengakhiri kalimat.
           

D.  Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam Bahasa Indonesia

1. Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada si mitra tutur. Sesuatu yang diberitakan kepada mitra tutur itu, merupakan pengungkapan suatu peristiwa suatu kejadian.
Menurut Kunjana (2005: 74) Kalimat berita disebut juga dengan kalimat deklaratif, yang digunakan untuk membuat pernyataan dan diakhiri dengan tanda baca (.). Kalimat dekleratif dalam bahasa Indonesia mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada si mitra tutur mitra tutur dan merupakan tuturan langsung serta dapat pula merupakan tuturan tidak langsung.
Berikut sebagai ilustrasinya:
       1. Ibu menyahut, “si Atik akan segera pulang dari Jepang bulan depan.”
2. Ibu menyahut dengan mengatakan bahwa si Atik akan segera pulang dari Jepang bulan depan.”
            Informasi indeksial:
Dituturkan ibu Atik kepada suaminya ketika mereka bersama-sama duduk dengan santai di serambi rumah sambil membaca koran.
Baik tuturan diatas keduanya mengandung maksud menyatakan atau memberitahukan sesuatu, dalam hal ini informasi bahwa seseorang yang bernama atik itu akan segera pulang dari Negara jepang. Dengan demikian, jelas bahwa kedua kalimat itu merupakan kalimat deklaratif.
 Dari segi bentuk, kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi bermacam-macam, yakni kalimat deklaratif yang tersusun invers, kalimat deklaratif yang berdiatesis aktif, dan kalimat deklaratif yang berdiatesis aktif dan kalimat deklaratif yang berdiatesis pasif.
Kalimat Deklaratif dapat berupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitahuan atau pernyataan. Dalam bentuk tulisan kalimat deklaratif diakhiri dengan tanda titik, sedangkan dalam bentuk lisan akhir kalimat ini diucapkan dengan nada turun.
Kalimat Deklaratif yaitu kalimat yang mengandung informasi tentang suatu hal untuk disampaikan kepada orang kedua agar yang bersangkutan memakluminya.

                 Contoh:
1.      “Tidur saya setelah itu”

Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada temannya yang juga mahasiswa. Ia menceritakan apa yag ia lakukan setelah mendapat marah dari ayahnya ketika pulang terlambat.

2.         “Saya segera menyampaikan berita duka itu kepada keluarganya yang berada di Tagerang”
Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang ibu kepada tetangganya ketika mendengar bahwa saudara dari tetangga itu ada yang meninggal dunia.

3.      “Kemarin siang ada mobil Daihatsu Charade dihancurkan peserta kampanye di jalan Kyai Mojo.


Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang satpam kepda temannya ketika mereka sedang berbincang-bincang di gardu satpam di sebuah perguruan tinggi.

Tuturan (1) merupakan kalimat deklaratif dengan susunan terbalik karena fungsi predikat, yakni tidur diletakan mendahului fungsi subjek-subjeknya, yakni saya. Susunan kalimat deklaratif yang lazim kita temui berbunyi Saya tidur setelah itu, bukannya Tidur saya setelah itu.
Tuturan (1)  di atas dalam bahasa Indonesia dapat dikatakan berterima dan dapat dikategorikan sebagai kalimat deklaratif yang bersusunan invers.
 Tuturan (2) merupakan kalimat deklaratif yang berdiatesis aktif. Dikatakan demikian, karena kalimat itu memiliki subjek gramatikal yang merupakan pelaku, yakni saya.
Tuturan (3) adalah kalimat deklaratif yang berdiatesis pasif karena subjek kalimat merupakan tujuan dari perbuatan tertentu.
 Dengan demikian, jelas bahwa kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia dapat bermacam-macam wujudnya. 


2.  Kalimat Interogatif
      Menurut Kunjana (2005: 76) Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada si mitra tutur. Dengan perkataan lain, apabila seorang penutur bermaksud mengetahui jawaban terhadap suatu hal atau suatu keadaan, penutur akan bertutur dengan menggunakan kalimat introgatif kepada si mitra tutur.


Di dalam bahasa Indonesia, terdapat paling tidak lima macam cara itu dapat disebutkan satu persatu sebagai berikut
1.      Dengan membaik urutan urutan kalimat
2.      Dengan menggunakan kata apa atau apakah
3.      Dengan menggunakan kata bukan atau tidak,
4.      Dengan mengubah intonasi kalimat menjadi intonasi tanyak
5.      Dengan menggunakan kata-kata tanya tertentu.

Kalimat deklaratif bahasa Indonesia dapat diubah menjadi kalimat interogatif dengan menambahkan kata apa atau apakah.

Seperti tampak pada contoh tutran berikut:
A.    a. “ Anak itu sudah hampir lulus ASMI”
b.  ” Apa anak itu sudah hampir lulus ASMI”
c. “ Apakah anak itu sudah hampir lulus ASMI”

Informasi Indeksal
Tuturan-tuturan ini dituturkan oleh seorang pimpinan perusahaan yang sudah mengenai mahasiswa ASMI tertentu dan bermaksud akan memperkerjakannya setelah lulus
 
B.     a. “ Tadi malam ada rencana kerusuhan lagi di daaerah Bener.”
b  “ Apa tadi malam ada rencana kerusuhan lagi di daerah Bener?
c.    “Apakah tadi malam ada rencana kerusuhanlagi di daerah Bener?”

Informasi Indesal
Dituturkan oleh seorang penjaga malam kampus yang berlokasi di daerah Bener, Yogyakarta kepada salah seorang dosen perguruan tinggi tersebut.

Apabila dibandingkan antara tuturan (b) dengan tuturan (c) pada contoh tuturan (A) dan (B) diatas, tampak bahwa tuturan (c) bernakna lebih halus dbandingkan dengan tuturan (b).
 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partikel –kah yang di tambahkan pada kata apa di dalam kalimat interogatif dapat berfungsi sebagaia pemerhalus tuturan.
 Dengan perkataaan lain, partikel-kah yang di lekatkan pada kata Tanya apa itu dapat di anggap sebagai salah satu penanda kesantunan. Tuturkan dengan lagu kalimat yang lebih lembut.

Kalimat interogatif dibedakan mejadi dua, yaitu:
1.   Kalimat interogatif total
Kalimat interogatif total dimaksudkan untuk menanyakan keseluruhan informasi yang terdapat dalam pertanyaan. Umumnya, dalam kalimat introgatif total ity menanyakan kesetujuan atau ketidaksetujuan mitra tutur.
Dengan perkataan lain. Kalimat introgatif total menuntut dua kemungkinan tanggapan, yaitu tanggapan mengiyakan (ya atau sudah) dan tanggapan menidakkan (tidak, bukan, atau belum).

                    2. Kalimat interogatif pasial
Kalimat introgatif parsial adalah kalimat introgatif yang dimaksudkan untuk menanyakan sebagian informasi yang terkandung di dalam pernyataan.
Kalimat interogatif jenis ini, lazimnya, mempergunakan kata tanya yang jenis dan macamnya ditentukan berdasarkan sifat objek yang dimaksudkan dalam kalimat intergoratif parsial.


Apabila kalimat interogatif parsial itu dimaksudkan untuk menanyakan orang atau hal yang “diorangkan”, kata Tanya yang digunakan adalah salah satu dari yang berikut: siapa, dari siapa, untuk siapa, atau kepada siapa.
Kalimat interogatif pasial yang menanyakaan benda, hewan, dan tumbuhan dapat menggunakan salah satu dari kata Tanya berikut:apa, dari apa, untuk apa, atau dengan apa, sedangkan interogatif parsial yang menanyakan tempat dapat menggunakan kata tanyak dimana, kemana, atau darimana.
Untuk menanyakan waktu digunakan kata tanya bila, bilamana, atau kapan, sedangkan untuk menanyakan suatu perbuatan digunakan kata tanya mengapa. Berapa digunakan untuk menanyakan bilangan, sedangkan kenapa digunakan untuk menanyakan sebab.
Kedua macam kalimat interogatif yang disebutkan di depan dapat dilihat pada contoh tuturan dibawah ini:
a.       “Apakah surat permohonan bantuan ke negeri Belanda sudah diselesaiakn?”
b.      “Siapakah yang menyeleseikan surat permohonan bantuan ke negeri Benanda?”

Informasi Indeksal
Kedua tuturan ini dituturkan oleh seorang pemimpinan kepada sekretarisnya pada saat mereka bersama-sama bekerja di urang kerja pimpinan.
Tuturan “a” dapat sebagai kaliamat interogatif total karena tuturan itu tidak mengharapkan jawaban yang hanya menanyakan sebagian dari kalimat interogatif itu, melainkan menanyakan isi tuturan secara keseluruhan.
 Sebaliknya, tuturan “b” mengharapkan jawaban yang hanya merupakan bagian dari kalimat interogatif. Oleh karena itu, kalimat interogatif yang demikian disebut dengan kalimat interogatif parsial.


C.  Kalimat Imperatif
Menurut Kunjana (2000: 79) Kalimat imperatif adalah sebuah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan suatu sebagaimana diinginkan oleh si penutur. Kalimat inperatif dibedakan menjadi lima macam yaitu kalimat imperatif biasa, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif pemberian ijin, kalimat imperatif ajakan, dan kalimat imperatif suruhan.
Ada beberapa kalimat imperatif, yaitu kalimat imperatif biasa, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif pemberian izin, kalimat imperatif ajakan, dan kalimat imperatif suruhan.

a.    Kalimat imperatif biasa
Di dalam bahasa Indonesia kalimat imperatif biasa, pada umumnya memiliki ciri-ciri seperti berikut:
(1)   Berintonasi keras,
(2)   Didukung dengan kata kerja dasar, dan
(3)   Berpartikel –lah.
Kalimat imperatif jenis ini dapat berupa imperatif halus yang sangat halus sampai dengan imperatif yang sangat kasar. Kalimat imperatif halus digunakan untuk mengungkapkan perintah secara halus.
Untuk tujuan tersebut, kata perintah dapat diubah menjadi bentuk pasif (berawalan di-) atau ditambahkan partikel –lah. Selain itu, dapat pula ditambahkan kata, seperti tolong, coba, dan silahkan.

Contoh :
a.       Monik, lihat!

Informasi indeksal
Dituturkan oleh teman monik pada saat ia ingin menunjukkan buku yang baru saja dibelinya dari took buku kepada Monik. Keduanya adalah teman satu kos.

b.      Usir kucing itu!

Informasi Indeksal
Dituturkanoleh seorang ibu yang sedang jengkel dengan kucing peliharaannyayang baru saja menghabiskan ikan goreng dimeja makan

c. Kita lihat! Pokoknya percaya boleh tidak juga boleh. Ayo… kita lihat!
Informasi Indeksal
Dituturkan oleeh seorang tukang sulap  pada saat ia tampil di tengah-tengah anak-anak di sebuah desa.   


b.      Kalimat imperatif permintaan
                                     Kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa.
Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan berbagai ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, dapatkah seandainya, dimintai dengan hormat, dan  dimohon dengan sangat.
      Contoh :
1.      Minta ampun, Bu!
2.     Mohon jangan diperpanjang lagi masalah ini!
3.     Diharapkan dengan sangat agar peserta tidak berisik saat upacara berlangsung.

c.   Kalimat imperatif pemberian izin
Kalimat imperatif pemberian izin dimaksudkan untuk memberikan izin ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan, biarlah,  dan beberapa ungkapan lain yang bermana mempersilahkan, seperti diperkenankan, dipersilahkan, dan diizinkan.
      Contoh :
1.      Ka biarlah saya yang meletakkan buku itu!
2.  Bagi peserta yang bernomor urut 18-20 dipersilahkan masuk!

d.   Kalimat imperatif ajakan
      Kalimat imperatif ajakan biasanya digunakan dengan penanda kesantunan ayo, biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah.  
    Contoh :
1.      Tut… Ayo, naik mobilku saja! Ayo.. ndak apa-apa. Aku lewat sana, kok.

Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang mahasiswa, temannya, yang saat itu sedang berjalan sendirian di lorong kampus.
Dengan sedikit malu, mahasiswa itu masuk ke mobil sang mahasiswa yang sebenarnya belum terlalu berhubungan akrab.

2.      Ian… Biar kita nanti tinggal di rumah saja! Bapak biar pergi sendrian

Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya yang saat itu ingin mengikuti ayahnya pergi ke luar kota.
Rencananya memang sang ayah akan berangkat bersama istrinya, namun karena anaknya bersi-keras akan ikut ayahnya, ia terpaksa membatalkan kepergiannya.

e.     Kalimat imperatif suruhan
Kalimat imperatif suruhan biasanya digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, mohon, silahkan, dan tolong.

      Contoh :
1.      Biar kamu menunggu rumah saja bersama joko, nanti malam! Bapak akan berangkat sendiri saja

Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang ayah kepada anaknya yang saat itu ingin ikut bersamanya.
Karena keduanya bersikeras ingin ikut, akhirnya sang ayah menyuruh keduanya tinggal di rumah saja dan tidak ada yang ikut acara malam itu

2.      Sul… nanti aka ada tamu yang menginap disini. Tolong dibersihkan dulu bak mandinya! Airnya sudah kelihatan agak keruh.

Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang majikan kepada pembantunya, pada saat ia sedang melihat acara tertentu di televise.
Sang majikan terpaksa mengatakan itu karena si pembantu lebih sering melihat acara di televisi dari pada mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. 

3.      Mohon sabar, ya! Anterannya panjang. Yang di belakang jangan mendahului. Sabar… semua harus sabar!

Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang petugas dalam acara pembagian sembako di halaman kantor keluraha.
Tuturan itu disampaikan karena sudah mulai ada tanda-tanda bahwa beberapa orang yang antre sudah mulai berebut ingin mendahui.


D.    Kalimat Eksklamatif
Menurut Kunjana (2000: 85)  Kalimat eksklamatif adalah kalimat yang dimaksudkan untuk menyatakan rasa kagum. Karena kalimat ekslamatif menggambarkan suatu keadaan yang mengandung kekaguman, biasanya, kalimat ini disusun dari kalimat deklaratif yang berpredikat adjektiva.
Selain ditandai dengan tanda seru (!) pada akhir kalimat,, kalimat interjeksi juga ditandai dengan adanya kata alangkah, betapa, atau bukan main.
Ketentuan-ketentuan berikut dapat digunakan untuk membentuk tuturan ekslamatif, yaitu:
(1)   Susunan kalimat dibuat inversi,
(2)  Partikel –nya melekat pada predikat yang telah diletakan di depan subjek,
(3)   Kata seru alangkah dan bukan main diletakan di posisi terdepan
     
Contoh :
1.      Luar biasa… sungguh keterlaluan… alangkah bebasnya pergaulan kedua mahasiswa di tempat kos itu.

Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang warga perumahaan yang melihat pergaulan bebas di salah satu rumah kos di perumahaan tersebut.

2.      Wah… bukan main sopannya kedua penjaga makan Ibu Negara yang sebelah utara itu

Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang pengunjung yang sudah berusia lanjut di makam Ibu Negara
Dituturkan pada saat ia bersama dengan temannnya beranjak meninggalkan kompleks makam.




E.     Kalimat Empatik
Kalimat empatik adalah kalimat yang di dalamnya terkandung maksud memberikan penekanan khusus. Dalam bahasa indonesia, penekanan khusus itu, biasanya dikenakan pada bagian subjek kalimat. Penekanan khusus itu dapat dilakukan dengan cara menambahkan informasi lebih lanjut tentang subjek itu.

Terdapat dua ketentuan pokok yang dapat digunakan untuk membentuk kalimat empatik dalam bahasa Indonesia, yaitu:
(1)   Menambahkan partikel –lah pada subjek, dan
(2)   Menambahkan kata sambung yang dibelakang subjek.
                                     
Contoh :

Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang warga kepada polisi yang saat itu bertugas menangani kerusuhaan di desa tertentu.

2.      Para pengurus Kopma-lah yang pertama kali harus mempetanggung jawabkan ketidak beresan uang dan barang dagangan itu

Informasi Indeksal
Dituturkan oleh seorang seorang dosen kepada rekannya yang juga seorang dosen pada sebuah kampus.
Tuturan itu muncul karena pada saat itu sedang ada kasus ketidak beresan keuangan koperasi mahasiswa di kampus.

2.2 Pembahasaan           

2.2.1 Analisis Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam bahasa Indonesia dalam Cerpen Pelajaran Mengarang


Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam bahasa Indonesia pada penelitian ini hanya menggunakan tiga bentuk kalimat yaitu kalimat deklaratif, kalimat introgatif dan kalimat imperatif. Penelitian ini hanya menggunakan tiga bentuk kalimat karena untuk kalimat ekslamatif dan kalimat empatik tidak terdapat didalam cerpen Palajaran Mengarang ini.

Berikut ini adalah analisis dari ketiga kalimat yang akan digunakan;
       Tokoh :
-        Sandra
-        Ibu Guru Tati
-        Marti (Ibu Sandra)
-        Mami

      Latar tempat :
-          Kelas
-          Rumah
-          Sekolah
-          Hotel
-          Plaza
-          Ruang depan
-          Tempat tidur





No
Kutipan
1
“...kalian punya waktu 60 menit”, ujar Ibu Guru Tati  (Paragraf 1)
2
Ibu Guru Tati menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih. Judul pertama “Keluarga Kami yang Berbahagia”, judul kedua “Liburan ke Rumah Nenek”, dan judul ketiga “Ibu”. (Paragraf 1)  
3
“...lewat belakang, anak jadah, jangan ganggu mama,” ujar sebuah suara dalam ingatannya, yang ingin selalu dilupakannya. (Paragraf 5)
4
Mama apakah Sandra punya Papa?” (Paragraf 6)
5
Apakah sandra harus berterus terang? (Paragraf 6)
6
Anak siapa itu?” (Paragraf 9)
7
Bapaknya?” (Paragraf 9)                                                                 
8
Anak kecil kok dibawah kesini, sih?” (Paragraf 10)
9
Mama, mama, kenapa menangis, Mama?” (Paragraf 11)
10
Mama  kerja apa, sih?” (Paragraf 13)
11
Seperti Mama?” (Paragraf 15)
12
Yang sudah selesai boleh dikumpulkan,” kata Ibu Guru Tati. (Paragraf 17)
13
kertasmu masih kosong, Sandra?” Ibu Guru Tati tiba-tiba bertanya.(Paragraf 18)
14
Waktu habis, Kumpulkan semua ke depan,” ujar Ibu Guru Tati. (Paragraf 20)
15
Ibuku seorang pelacur ... (Paragraf 20)
a.       Kalimat Deklaratif



















b.       Kalimat Introgatif
No
Kutipan
1
Mama apakah Sandra punya Papa?” (Paragraf 6)
2
Apakah sandra harus berterus terang? (Paragraf 6)
3
Anak siapa itu?” (Paragraf 9)
4
Bapaknya?” (Paragraf 9)                                                                 
5
Anak kecil kok dibawah kesini, sih?” (Paragraf 10)
6
Mama, mama, kenapa menangis, Mama?” (Paragraf 11)
7
Mama  kerja apa, sih?” (Paragraf 13)
8
Seperti Mama?” (Paragraf 15)
9
kertasmu masih kosong, Sandra?” (paragraf 18)

No
Kutipan
1
Tentu saja punya, Anak setan! Tapi, tidak jelas siapa! Dan kalau jelas siapa belum tentu ia mau jadi Papa kamu! Jelas? Belajarlaah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!” (Paragraf 6)
2
Jangan Rewel Anak Setan! ...” (Paragraf 8 )
3
Mana aku tahu! ” (Paragraf 9 )          
4
Bukan, Bukan seperti Mama. Jangan seperti Mama.”( Paragraf 15)
c.        Kalimat Imperatif





 

 


2.2.2 Hasil Analisis Bentuk dan Nilai Komunikatif dalam bahasa Indonesia dalam Cerpen Pelajaran Mengarang

a.      Kalimat deklaratif
v   Kalimat deklaratif (1) merupakan kalimat langsung karena Ibu Guru Tati yang mengucapkan sendiri. Dituturkan oleh Ibu Guru Tati kepada siswanya bahwa waktu mengarang hanya 60 menit.
v   Kalimat deklaratif (2) menjelaskan bahwa Penutur (Ibu Guru Tati) menawarkan kepada siswanya tiga judul untuk mengarang.
v   Kalimat deklaratif (3) merupakan kalimat langsung karena menjelaskan bahwa Penutur (Ibu Guru Tati) menawarkan kepada siswanya tiga judul untuk mengarang.
v   Kalimat deklaratif (4) dituturkan oleh seseorang anak kepada ibunya  karena si anak penasaran apakah ia memiliki seorang ayah atau tidak.
v   Kalimat deklaratif (5) Dituturkan oleh seorang anak (Sandra) kepada dirinya sendiri, ia bingung apakah harus bercerita yang sebenarnya dalam karangannya atau tidak.
v   Kalimat deklaratif (6) Dituturkan oleh dua orang yang bercakap-cakap tentang seorang anak (Sandra) yang bersamanya dan seorang perempuan bertanya anak siapa Sandra itu.
v   Kalimat deklaratif (7) masih percakapan yang sama dengan sebelumnya (6) seorang perempuan bertanya siapa ayahnya Sandra.
v   Kalimat deklaratif (8) Dituturkan oleh seorang perempuan yang heran karena seorang anak kecil masuk ketempat orang dewasa.
v   Kalimat deklaratif (9) Dituturkan oleh seorang anak karena ia terbangun dan melihat mamanya menangis. Dan wanita itu hanya diam sambil memeluk anaknya (Sandra)
v   Kalimat deklaratif (10) Dituturkan oleh seorang anak (Sandra) yang penasaran dengan pekerjaan ibunya karena ibunya pulang merangka-rangkak karena mabuk dan muntah-muntah dan itu sudah biasa terjadi serta pertanyaan yang si anak tuturkan juga sudah kesekian kalinya.
v   Kalimat deklaratif (11) Dituturkan oleh seorang anak (Sandra) ketika mamanya meminta kepadanya untuk menjadi wanita baik-baik dan tidak seperti mamanya.
v   Kalimat deklaratif (12) Dituturkan oleh seorang guru (Ibu Guru Tati) yang mengatakan jika tugas mengarang sudah selesai bisa dikumpulkan.
v   Kalimat deklaratif (13) Dituturkan oleh seorang guru (Ibu Guru Tati) karena dia bingung siswanya (Sandra) belum menulis apapun dan kertasnya masih kosong. Sandra tidak menjawab tetapi langsung menulis judul “Ibu”
v   Kalimat deklaratif (14) Dituturkan oleh seorang guru (Ibu Guru Tati) kepada siswanya karena waktu mengarang sudah selesai dan mereka harus mengumpulkan tugas mereka.
v   Kalimat deklaratif (15) Ditulis oleh seorang anak (Sandra) karena ia tidak tau apa yang harus ia tulis jadi ia menuliskan sebuah kenyataan pahit di kertas itu tanpa kata-kata yang lain.

b.      Kalimat Introgatif
-   Kalimat introgatif (1) dituturkan oleh seseorang anak (Sandra) kepada ibunya (Marti) karena si anak penasaran apakah ia memiliki seorang ayah atau tidak.
  Termasuk ke dalam kalimat introgatif total karena dari kutipan “Mama apakah Sandra punya Papa?” di jawab dengan “Tentu saja punya, Anak Setan!...”  yang berarti mengiyakan.
-  Kalimat introgatif (2) dituturkan oleh Sandra kepada dirinya sendiri karena ia kebingungan mengerjakan karangannya.
 Termasuk ke dalam kalimat introgatif total karena dari kutipan “Apakah sandra harus berterus terang?” di jawab dengan “Tidak, ia harus mengarang..”  di kutipan tersebut si Sandra berbicara kepada dirinya sendiri (dalam hati).
-     Kalimat introgatif (3) Dituturkan oleh dua orang yang bercakap-cakap tentang seorang anak (Sandra) yang bersamanya dan seorang perempuan bertanya anak siapa Sandra itu.
   Termasuk kalimat introgatif pasial karena menanggapinya bukan dengan kata ya atau tidak. Dan dari kutipan “Anak siapa itu?” di jawab dengan “Marti”.
Kalimat introgatif  (4) masih percakapan yang sama dengan  sebelumnya (3) seorang perempuan bertanya siapa ayahnya Sandra.
   Termasuk kalimat introgatif pasial karena menanggapinya bukan dengan kata ya atau tidak. Dan dari kutipan “Bapaknya?” di jawab dengan “Mana ku tahu!”.
-    Kalimat introgatif (5) Dituturkan oleh seorang perempuan yang heran karena seorang anak kecil masuk ketempat orang dewasa.
 Kalimat introgatif (6) Dituturkan oleh seorang anak karena ia terbangun dan melihat mamanya menangis. Dan wanita itu hanya diam sambil memeluk anaknya (Sandra)
-    Kalimat introgatif (7) Dituturkan oleh seorang anak (Sandra) yang penasaran dengan pekerjaan ibunya karena ibunya pulang merangka-rangkak karena mabuk dan muntah-muntah dan itu sudah biasa terjadi serta pertanyaan yang si anak tuturkan juga sudah kesekian kalinya.
-   Kalimat introgatif (8) Dituturkan oleh seorang anak (Sandra) ketika mamanya meminta kepadanya untuk menjadi wanita baik-baik dan tidak seperti mamanya.
   Termasuk ke dalam kalimat introgatif total karena dari kutipan “Seperti Mama?” di jawab dengan “Bukan, bukan seperti mama. Jangan seperti Mama.”  yang berarti menidakkan.
-    Kalimat introgatif (9) Dituturkan oleh seorang guru (Ibu Guru Tati) karena dia bingung siswanya (Sandra) belum menulis apapun dan kertasnya masih kosong.

c.       Kalimat imperatif
-  Kalimat imperatif (1) dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya yang baru saja bertanya kepadanya siapa ayahnya dan apakah iya punya ayah.
    Termasuk kalimat imperatif biasa dan permohonan karena terdapat partikel –lah dan seperti menyuruh anaknnya untuk dapat hidup tanpa seorang papa.
-   Kalimat imperatif (2) dituturkan oleh seorang mami kepada anak temannya dan si anak itu akan di ajak ke tempatnya bekerja.
    Termasuk kalimat imperatif yang kasar karena menggunakan kata “Anak Setan”.
-   Kalimat imperatif (3) dituturkan oleh seorang mami yang sama pada kutipan sebelumnya (2) bahwa dia tidak tau siapa ayah dari anak yang dibawanya.
-   Kalimat imperatif (4) dituturkan oleh seorang ibu yang meminta anaknya untuk tidak sepertinya karena ibunya bukan lah wanita yang baik-baik (wanita penghibur) dan berharap anaknya menjadi wanita yang baik-baik.
    Termasuk kalimat imperatif permintaan karena terdapat kata “Jangan seperti Mama”. Maksudnya sang ibu meminta anaknya menjadi anak yang baik


    Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan kalimat dekralatif, kalimat interogatif dan kalimat imperatif ditemukan dalam cerpen Pelajaran Mengarang. Cerpen Pelajaran Mengarang dipilih sebagai cerpen terbaik karena menyembunyikan klimaks dalam rentetan kilas balik, dimana seorang perempuan dipaksa menulis karangan yang mana judul-judul yang diberikan Ibu Gurunya bersebrangan dengan kehidupan nyatanya.
 Sehingga anak tersebut tak pernah menyelesaikan karangannya, karena tidak tahu harus menulis apa, yang ada di kepalanya hanyalah ada kehidupan kelam, tidak memiliki kehidupan yang indah. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari cerpen Pelajaran Mengarang diperoleh lima belas kalimat deklaratif, sembilan kalimat interogatif dan empat kalimat imperatif.

Dari pembuatan makalah analisis ini, disarankan khusus kepada mahasiswa/mahasiswi jurusan bahasa dan sastra untuk lebih banyak melakukan penelitian menggunakan kajian bentuk dan nilai komunikatif dalam bahasa indonesia untuk memperkaya pengetahuan mengenai kalimat deklaratif, introgatif, imperatif, ekslamatif dan empatik.







Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
     DEPDIKNAS. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada _____University
Pranoto, Naning. 2007. Creative Writing—Jurus Menulis Cerita Pendek. Jakarta: _____Rayakultura.
Rahardi, Kunjana . 2010 . Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. _____Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kalimat (diunduh pada tanggal 5 _____Desember 2015)
















 Sinopsis Cerpen Pelajaran Mengarang
Dalam cerpen Pelajaran Mengarang ini, karya Seno Gumira Ajidarma menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama Sandra berusia 10 tahun yang duduk di bangku kelas lima SD. Sandra sangat membenci pelajaran mengarang yang diajarkan oleh Ibu Guru Tati. Ibu Guru Tati memberikan 3 pilihan Judul kepada 40 anak muridnya, Sandra merasa teman-temanya tidak memiliki kendala apa pun dalam mengarang tetapi tidak bagi dirinya, Sandra merasa dia harus benar-benar mengarang karena dalam kenyataannya dia memang tidak mengalami kejadian yang sesuai dengan ke tiga Judul tersebut.
Sandra pun mulai memikirkan apa yang ada di benaknya tentang ketiga judul tersebut dimulai dari Keluarga yang Berbahagia, dia merasa keluarga yang bahagia ini tidak ada di dalam keluarganya dia hanya hidup dengan Mamanya tidak ada Papa di dalam kehidupnnya, Sandra pernah menanyakan hal itu terhadap Mamanya tetapi yang didapat hanyalah bentakan dan cacian dari Mamanya. Sandra pun mulai berpikir lagi mengenai Liburan ke Rumah Nenek dan yang masuk kedalam gambaranya hanyalah seorang wanita yang wajahnya penuh kerut yang selalu menghias dirinya dengan sapuan wajah yang sangat tebal, orang-orang memanggilnya dengan sebuta Mami, seorang yang berprilaku kasar terhadap Sandra yang sering mengajak Sandra ke tempat yang Sandra tak mengerti.
Sandra pun mulai berpikir tentang Ibu, seorang wanita cantik yang selalu merokok dan mabuk-mabukan yang selalu membentak dan memarahi Sandra tetapi sebenarnya Mama Sandra ini memiliki rasa penyayang terhadap Sandra dan memiliki prilaku yang manis, tetapi tak selalu Mamanya itu berprilaku manis terhadap Sandra, Sandra sering melihatnya bertingkah laku lain.
Waktu mengarang pun telah habis, Kertas yang tadi hanya dipandangi oleh Sandra yang masih putih tidak terkena noda, sekarang sudah Sandra tuliskan sepotong kalimat yang berisi :
Ibuku Seorang Pelacur...









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post

Disqus Shortname

Comments system